SURABAYA
– Saat diselengggarakan nonton bareng debat pedana di JX International,
anak-anak muda yang tergabung dalam Milenial Relijius Center (MRC) Jawa
Timur dipercaya untuk melakukan analisa secara langsung. MRC
mengkonversi gaya bicara tiap capres kedalam data seketika saat mereka
membicarakan visinya.
Ditemui di MRC Corner saat acara
debat, Siti Nafsiyah, Ketua Korwil MRC Jawa Timur, mengatakan bahwa
timnya mampu mengkonversi suara menjadi naskah secara real time. Naskah
ini kemudian dianalisa untuk mengetahui bagaimana gaya bicara, apa yang
ditekankan, dan bagaimana nuansa yang diterima oleh pendengar.
Dari
hasil analisa MRC, saat pemaparan visi tiap capres, Jokowi tampil
dengan matang dan gaya bicaranya lebih tenang , sedangkan Prabowo tampil
dengan gaya bicara lebih cepat, menuturkan kata lebih banyak, namun
banyak yang hanya perulangan kata.
Pilihan
diksi Jokowi adalah kata-kata yang bernuansa positif seperti “bisa”,
“hukum”, “prosedur”. Sedangkan pilihan diksi Prabowo memberikan nuansa
yang sebaliknya seperti “tidak”, “kita”.
Lebih dari itu, dalam
merangkai kata, Jokowi memusatkan kalimatnya pada kata-kata yang
bersifat optimistic seperti “hak”, “hukum”, “akses”. Sementara Prabowo
cenderung pada kata-kata yang bersifat pesimistik seperti “masalah”.
Dengan
demikian, Siti Nafsiah, S.IP ketua korwil MRC Jatim yang juga sebagai
Caleg DPRD Provinsi Jatim Dapil Surabaya menuturkan, audiens akan lebih
suka mendengar apa optimisme Pak Jokowi dengan kata-kata yang bersifat
positif dibandingkan dengan nuansa pesimistik yang dibawakan Pak
Prabowo. (red)